Alhamdulillah.. what a gift
I always dream to have a page on newspaper about capungmungil and me...hehehe a little dream that i always keep secret..
how lucky me.. miss Nora from Jawa Pos sent a short message for interview appointment.
Bentuk Lucu, Bisa Dipakai Belajar
Flanel umumnya dijadikan benda pajangan atau pernak-pernik. Tetapi, di tangan Dian K. Wardhani, flanel ”disulap” menjadi benda yang bernilai edukasi. Dia juga menyebarkan ”virus” flanel lewat buku karyanya.
Tekstur kain flanel yang lembut dan warnanya yang catchy menarik minat Dini –sapaan Dian K. Wardhani- untuk mengutak-atiknya. Namun, Dini tak ingin membuat benda pajangan saja. Dia ingin menghasilkan sesuatu yang punya nilai lebih. Dini pun membuat mainan untuk anak yang sekaligus bisa digunakan untuk belajar.
”Flanel warnanya bagus dan sangat menarik. Kainnya pun lembut sehingga aman untuk balita. Kombinasi yang pas,” tutur Dini. Dia lantas membuat soft book berisi angka-angka, huruf, mengenal warna, hewan-hewan, yang bisa dijadikan bahan ajar untuk anak usia balita.
Dini menggeluti flanel sejak 2007. Ketika SMA, alumnus Arsitektur ITB itu membuat kerajinan dari bunga kering. Projectbesarnya adalah ketika sang kakak menikah. Dini membuat souvenir handmade sejumlah 750 buah dari bahan bunga kering. Kertasnya memakai kertas daur ulang. Sejak kecil, Dini juga dikenalkan dengan jahit-menjahit oleh sang ibu. Lantas dia memilih untuk menekuni flanel.
Dalam menghasilkan edutoys berbahan flanel, Dini harus mempelajari sisi edukasi dan psikologi anak. ”Misalnya, anak usia satu tahun, edutoys yang cocok yang seperti apa. Bisa diawali dengan belajar angka, huruf, atau mengenal warna. Untuk usia dua tahun, berikan yang lebih menantang, misalnya mainan yang bisa dibongkar pasang,” terang ibu dua anak kembar, Keni dan Adit tersebut.
Edutoys Dini bisa diberikan kepada balita yang telah melewati masa oral. Di masa oral, bayi umumnya akan memasukkan benda apa saja yang dia lihat ke dalam mulutnya. Untuk mengantisipasi hal itu, Dini menjahit elemen-elemen flanelnya sehingga lebih aman.
Sebarkan ”Virus” Flanel lewat Buku
Dini menemukan keasyikan dalam mengutak-atik kain flanel menjadi benda apa saja. Dia ingin menyebarkan ketertarikan terhadap flanel kepada orang banyak. ”Tidak ada yang susah untuk dipelajari. Kalau ada yang bisa, harusnya semua orang juga bisa,” ujarnya. Menurut Dini, aplikasi flanel cukup mudah dan bisa dikerjakan sendiri. Tak perlu menggunakan jahit mesin pun jadi.
Perempuan yang tinggal di kota Apel, Malang, ini pun berpikir untuk membuat buku tentang flanel. Cara itu dia pilih lantaran bisa diakses oleh lebih banyak orang. ”Kalau misalnya saya bikin semacam kursus membuat flanel, hanya peserta saja yang dapat. Kalau bikin buku, sharing ilmunya bisa ke lebih banyak orang,” ujarnya.
Saat ini Dini sudah menghasilkan dua buku, yaitu Bantal Unik dan Lucu serta Flanel untuk Makeover. Di dalamnya, terdapat foto-foto kreasi flanel sekaligus cara membuatnya. Dalam waktu dua bulan mendatang, akan ada dua buku lagi yang dia rilis. ”Yang satu, flanel untuk bisnis. Satunya lagi flanel untuk remaja, kebanyakan model aksesori,” sebut Dini.
Sebagai dosen dan ibu dari dua anak, Dini harus membagi waktu antara pekerjaan, keluarga, dan aktivitas hobinya. Menurutnya, hobi juga menuntut komitmen. ”Ada yang awalnya suka, lalu di tengah-tengah tidak bersemangat lagi, bosan, akhirnya berhenti. Butuh komitmen yang tinggi untuk terus menjalankannya,” papar Dini yang mulai mengenalkan hobi flanel kepada anak-anaknya itu.
Membuat buku berarti Dini harus menyediakan waktu tambahan di luar aktivitas sehari-harinya. Proses penggarapan buku-buku tersebut tentu tidak sebentar. Dini harus menyiapkan konsep serta benda-benda flanel yang dijadikan materi buku. ”Untuk satu buku, persiapan sekitar enam bulan. Setelah barang-barangnya jadi, difoto, sambil saya siapkan naskahnya. Lalu masuk penerbit,” terangnya.
Ide bisa didapat dari mana saja. ”Melihat majalah, browsing, memperhatikan gambar iklan, bisa muncul ide untuk membuat benda atau pola baru,” ucapnya. Prinsipnya, lanjut Dini, tak boleh ikut arus. Ciptakan kreasi sendiri. ”Untuk awal, bisa meniru pola yang sudah ada. Lalu selanjutnya, kembangkan imajinasi untuk membuat pola yang khas dan unik,” ujar Dini. (nor)