HOMESCHOOLER Mom

Foto saya
a mom of homeschool twinnies (boy and girl), an ex architect, a lecturer, a crafter, and a children book's author and illustrator. loves drawing, crafting, illustrating, making pretty things..

Hi there...

Thanks so much for taking time out of your day to stop by my little space! i am happy to share my daily activities (homeschooling, green living, writing, ilustrating & crafting) and hope you enjoy it...

-Dini-

dkwardhani@yahoo.com



Senin, 21 Maret 2016

HS for Working Mom (Part 2) Keseharian HS

-KESEHARIAN HS-

Untuk keseharian, kami tidak ada jadwal tertentu. Yang kami lakukan adalah membagi sesi pagi dan sore.  Sampai saat ini kami masih mencari  yang pas untuk anak-anak. Anak-anak tetap melalui proses deschooling termasuk orang tuanya.

Secara garis besar, kegiatan bisa dibagi menjadi sesi pagi dan sesi sore. Setiap sesi ada rutin pagi dan rutin sore. Beberapa rutinitas penting diperlukan oleh anak-anak untuk membentuk pola dan menjadi acuan kegiatan keseharian mereka. Selain rutin itu mereka bisa memilih dan belajar untuk membuat rencana kegiatan mereka sendiri. 



Rutin pagi dan sore bisa terdiri dari rutinitas yang bisa membentuk pola keseharian anak seperti bangun pagi, sholat, mandi, olahraga, hafalan/tilawah, membantu ibu dalam urusan rumah. Rutin ini tentu sangat perlu disesuaikan dengan kondisi keluarga masing-masing.

Setelah rutin pagi itu anak-anak akan belajar 1-2 materi secara bebas, tergantung pilihan mereka namun di tulis apa yang dipelajari di tabel sebagai evaluasi harian. Kemudian sore harinya ada rutin sore. Pada malam hari, sepulang ortu dari kantor bisa ngobrol-ngobrol tentang kegiatan anak pada pagi dan sorenya atau bisa juga diselingi kegiatan lain yang penting ortu hadir untuk anak-anak di waktu-waktu yang memungkinkan. 

Nah, dengan menentukan core rutin pagi sore seperti itu kemudian orang tua memetakan di mana yang  harus involve langsung, di mana  bisa delegasikan, bagian mana yang anak bisa mandiri (tergantung usia anaknya). Karena HS bukan memindahkan sekolah ke rumah dan waktunya flexible sebenarnya bisa saja jam belajar dengan orang tua digeser sesuai jadwal ortu dan bisa saja dilakukan dimana saja (misalkan di mobil, di perjalanan dll). Itulah yang kami lakukan saat ini. 



Apakah semua berjalan selalu mulus tanpa konflik dan drama? tentu saja tidak :D Sampai saat ini pun masih terus berusaha untuk membangun kemandirian dan motivasi internal anak agar dengan/tanpa orang tua, mereka akan tetap tumbuh menjadi pembelajar.


Jiwa semua anak -apapun ras, strata, dan gendernya- selalu sedang menunggu untuk digugah. Dan sekali tergugah, mereka akan selamanya terbangun untuk mencintai pengetahuan dan kehidupan. Anak-anak yang seumur hidup mencintai proses belajar, yang belajar bukan demi imbalan pujian, gengsi, atau keuntungan materiil lainnya, melainkan terutama karena kegembiraan dalam belajar itu sendiri, akan tumbuh menjadi pribadi yang berwawasan luas penuh ide-ide besar dengan karakter luhur yang berangkat dari tertanamnya kebiasaan-kebiasaan baik...Tidakkah itu yang dicita-citakan oleh sistem pendidikan?-CINTA YANG BERPIKIR, hal. 5-

LESSON PLAN

Dari awal kami sepakat HS bukan memindahkan sekolah ke rumah. Jadi kami tidak berusaha menduplikasi sistem sekolah di rumah. Yang perlu dilakukan adalah fokuskan pada beberapa hal pokok yang disepakati dalam keluarga (materi-materi dasar apa saja yang perlu dikuasai anak-anak). Baru kemudian menentukan core-core skill apa saja yang kami ingin anak-anak kami kuasai.  Sisanya baru ditambah yang lain-lain yang sifatnya optional. 

Bagi keluarga seperti kami yang jadwal kerja ortu tidak sama setiap harinya, terkadang kami bergantian mendampingi anak-anak sesuai jadwal kami. Terkadang saya/suami punya waktu di pagi hari, terkadang siang, lain waktu saat sore/malam. Ternyata ini juga menguntungkan karena HS memiliki fleksibilitas yang bisa disesuaikan dengan kondisi tiap keluarga. 

Lesson Plan HS sangat fleksibel, dan HS tidak selalu worksheet atau mengerjakan lembaran-lembaran soal. Jadi apa pun bisa jadi bahan belajar. Learning not just studying. Ada kalanya anak-anak ikut ke tempat kerja, ada kalanya anak-anak saya titipkan temen sesama HS (inilah pentinganya komunitas/klub sesama HS), ada kalanya anak-anak berkegiatan dengan bapak, ada kalanya anak-anak mengerjakan sebuah project, ada kalanya mereka mandiri dengan inisiatif sendiri. Project based saat ini memang cukup pas untuk keluarga kami, sebab usia anak-anak memang sudah bisa mengerjakan project-project sederhana meskipun tentu saja tidak dilepas begitu saja. 

Sebagai contoh Project Pengamatan Cuaca.
Anak akan mengamati cuaca selama 1 minggu, itu juga pilihan mereka sendiri. Di pengamatan cuaca ini udah include membaca, berhitung suhu, latihan pengamatan, latihan menganalisis sederhana (misalkan jenis awan pagi hari itu sirrus/kumulus, dia harus lihat di buku), dia menandai kapan aja hujan turun dst. Dari segi aqidah kita masukkan bahwa hujan adalah karunia Allah, kemudian kita melafazkan doa turun hujan, sunnah-sunnah saat hujan, ayat-ayat tentang hujan dll (sebagai contoh). Nah, udah dapat banyak tho? Nanti, tinggal cek ricek saat pulang kantor dengan menanyakan kesulitannya, mengapresiasi proyeknya, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang meng-encourage anak dst.

Terkadang ada hari tanpa lesson plan. Serius? Iyaaah. Kalau bosen kami fieldtrip atau jalan-jalan ketemu dengan teman-teman yang inspiratif, ke taman, perpustakaan kota atau bisa berkegiatan bebas saja. Ternyata seru juga.


Anak-anak memang perlu tahu kalau orang tuanya bekerja, untuk itulah saya mengajak mereka ke tempat kerja, sekali-sekali tentunya dengan ijin atasan. Anak saya memang alhamdulillah HS nya usia 7th jadi sudah bisa dilepas dengan metode project based tadi. Sekali-sekali worksheet. Sekali-sekali belajar dengan internet (duolinggo, education.com, scratch dll) sebagai variasi.

SEDIKIT TIPS
Nah apa yang bisa dilakukan jika orang tua bekerja sembari menjalankan HS :

  1. Ajak anak ke kantor (dengan seijin atasan dan rekan kerja).
  2. Berbagi peran antara kedua orang tua, termasuk mengatur shift antara suami/istri.
  3. Pendelegasian dengan art yang amanah (ini agak sulit kecuali anak sudah tamyiz)
  4. Meminta bantuan ke komunitas/teman sesama hs-ers, ada baiknya jika komunitas memiliki klub untuk anak-anak HS.
  5. Mendekatkan jarak rumah ke tempat kerja.
  6. Menjadi freelance.
  7. Mengatur ulang prioritas dalam keluarga.
  8. Meminta bantuan nenek/kakek jika memungkinkan (hanya jika nenek/kake sevisi dalam hal ini).
  9. Memberikan anak opsi apa yang akan dikerjakan hari ini (semacam cek list), ini juga akan membuat mereka bisa mengukur target dan pencapaian mereka sendiri.
  10. Bisa juga berbasis mengerjakan sebuah proyek dalam jangka waktu tertentu (untuk anak yang sudah bisa mandiri).
  11. Ibu/Bapak menyiapkan apa yang akan diberikan ke anak malam sebelumnya.
  12. Mengurangi jam tidur ibu (saya yang ngga mampu).
  13. Berkegiatan bersama anak (ini biasanya saya lakukan saat mengerjakan naskah/ ilustrasi buku cerita, mereka bikin komik atau baca buku).

Sekali lagi apa yang pas dan cocok untuk satu keluarga belum tentu bisa berlaku untuk keluarga lain. So, temukan apa yang paling nyaman untuk kelurga kita.






3 komentar:

  1. Siang mba dhini, komunitas hs di malang dimana ya mba?

    BalasHapus
    Balasan
    1. komunitasnya ngumpul sekali-sekali mbak, nggak ada basecampnya

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus

you might also like these stories

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...